BLOG TERBARU: buyungf.wordpress.com

Selasa, 08 Juli 2014

Analisis Puisi "Yang Terampas dan Yang Putus" Karya Chairil Anwar dengan Pendekatan Ekspresif

Yang Terampas Dan Yang Putus
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu


Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru angin

Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

1949




Analisis Puisi "Yang Terampas dan Yang Putus"

Bila dilihat dari riwayat hidup pengarang saat membuat puisi ini, dilihat dari tahun pembuatannya yaitu pada tahun 1949 yaitu tahun kematian penyair.


//Kelam dan angin lalu mempesiang diriku// Dalam penggalan puisi menceritakan tentang tokoh “Aku” dalam puisi ini yang merupakan penggambaran sang penyair sendiri tengah merasakan kehampaan, keputusasaan dan kegelapan.

Kisah-kisah masa lalunya dimana dia merupakan seorang penyair yang diidolakan namun ketika dia jatuh sakit semua orang seakan meningalkannya seorang diri, bahkan hanya gambaran-gambaran akan masa lalu kejayaannya saja yang mengigatkannya pada masa itu yang membuat dirinya merasakan kebosanan, kesunyian, kegelapan dan kehampaan yang sangat memuncak didalam dirinya. Hal ini tergambar dalam penggalan syair: //Menggigir juga ruang dimana dia yang kuingin//.

//malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu// Dari penggalan ini terlihat jelas bahwa penyair menggambarkan hidupnya yang tadinya ramai menjadi semati tugu. Tugu disini maksudnya adalah batu nisan kuburan. Penyair bahkan merasa bahwa dia akan mati dan menggambarkan hidupnya yang tadinya ramai akan berganti menjadi sepi, gelap, sunyi, hampa, takut seperti malam pertama diliang lahat. Sendirian.

//Di karet, di karet (daerahku y. a. d.) sampai juga deru angin// Maksud dari penggalan ini adalah penyair menggambarkan bahwa di daerah Karet lah dia akan dimakamkan nanti jika dia mati. Hal ini tergambar jelas dalam syair (derahku yang akan datang). Hai ini juga terbukti dalam biografinya, penyair memang dimakaamkaan di Pemakaman Umum Karet Bivak. Penyair meninggal pada 28 April 1949 karena sakit TBC nya yang tak sembuh.

//Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang// Dalam syair ini penyair memperlihatkan keadaan tobatnya kepada Tuhan dan dia membenahi dirinya dan bersiap-siap apabila ajal menjemputnya saat ini juga.

//Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu// Dalam penggalan ini menunjukan kepasrahan penyair akan segala kemungkinan yang akan diterimanya. Sebelum ajalnya dia juga ingin memberikan cerita atau citra baru dan baik pada dirinya bukan citra buruk seperti yang selama ini diketahui banyak orang.

//Tapi kini tangan yang bergerak lantang// Disini tergambar bahwa penyair waktu menulis ini tengah dalam keadaan sakit dan lemah bahkan untuk mengubah hidupnya pun dia sudah tidak mampu. Didalam penggalan syair ini terlihat bahwa penyair sudah sangat putus asa dalam mennghadapi penyakitnya.dalam syair ini juga terlihat bahwa penyair mengeluh akan tubuhnya yang semakin tergrogoti oleh penyakit yang dideritanya.

Syair terakhir: //Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku// Dalam penggalan ini terlihat bahwa tokoh aku yang merupakan penyair tidak mampu berbuat apapun lagi. Kepasrahan hanya itu yang dapat dilakukannya. Tubuhnya hanya mampu terbujur lemas, sendiri ditinggalkan oleh nama besarnya yang melegenda dan segala kisah tentangnya yang semakin lama semakin berlalu jauh jauh dan jauh meninggalkannya yang sedang menunggu ajal.

2 komentar: