Peneriman
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Jika kau kembali, kuterima kau kembali
Tapi untukku sendiri
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
Maret, 1943
Analisis Puisi “Penerimaan”
Meski menyebut dirinya “binatang jalang”, Chairil Anwar tampaknya tak berdaya dan tunduk ketika dirinya terlibat dalam sentimen asmara. Kesan ini dapat dirasakan secara kuat ketika kita membaca sajak Penerimaan yang diciptakannya pada Maret 1943. Sebagai penyair yang pola hidupnya “berantakan” dan penuh kebebasan, Chairil menunjukkan kelembutan yang sentimental melalui puisi ini. Bahkan ia rela takluk atas cinta yang dirasakannya.
Pada larik pertama dan
kedua // Jika
kau mau, kuterima kau kembali/Dengan sepenuh hati// jelas pada kalimat tersebut bahwa si penyair
akan menerima mantannya kembali dengan sepenuh hati seperti yang dahulu. Kita
telah tahu bahwa Chairi Anwar memiliki kedekatan dengan beberapa wanita yang ia
memiliki rasa kepadanya.
//Aku masih tetap sendiri// dalam kalimat tersebut, penyair memberikan
informasi bahwa dia masih belum bisa pindah ke lain hati semenjak tidak
menjalin hubungan dengan mantannya tersebut.
Selanjutnya
//Kutahu kau bukan yang dulu lagi/Bak kembang sari sudah terbagi// penyair
menagaskan bahwa dia tahu bahwa sang mantan tidak seperti dahulu lagi, namun
kerelaannya untuk menerima kembali tetaplah ada.
Walaupun Chairil
berusaha menutup-nutupi segala hal yang dirasakannya, Chairil mencoba untuk
tegas dalam urusan cinta. //Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani// adalah
bukti bahwa ia meminta komitmen dan ketegasan dari mantan kekasihnya. Kalau mau
kembali, katakan apa adanya. Dia mengharapkan ketegasan mantan kekasih terhadap
perasaan dan hatinya. Tentangan mata dan yang mencerminkan asmara dan hati yang
murni jelas menggambarkan betapa mereka benar-benar berkomitmen untuk kembali
merajut dan bertaut sepenuhnya.
//Jika kau kembali, kuterima kau kembali// Chairil memberikan isyarat bagi mantannya untuk
kembali kepadanya dan akan menerimanya
//Tapi untukku sendiri/Sedang dengan cermin aku
enggan berbagi//. Larik terakhir ini menegaskan
bahwa Chairil tidak mau berbagi cinta dengan orang lain. Ini semakin menegaskan
betapa sentimentalnya Chairil dalam persoalan cinta.
Akhirnya, sajak ini menggambarkan sosok Chairil yang
siap menerima sang kekasih dengan sepenuh hati tanpa memerdulikan segala hal
yang pernah dilakukan mantan kekasihnya. Bagi Chairil jauh lebih penting
menatap masa depan ketimbang mengungkit masa lalu yang hanya akan menimbulkan
konflik. Secara umum, sajak pendek sembilan baris ini
menggambarkan betapa dalam cinta sang penyair kepada mantan kekasihnya.
Suasana tersebut?
BalasHapusbaper
BalasHapusPernah nyanyiin puisi ini pas lomba musikalisasi puisi 😁
BalasHapus