BLOG TERBARU: buyungf.wordpress.com

Senin, 07 Juli 2014

Analisis Puisi "Penerimaan" Karya Chairil Anwar dengan Pendekatan Ekspresif

Peneriman


Jika kau mau, kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Jika kau kembali, kuterima kau kembali
Tapi untukku sendiri
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi


Maret, 1943

Analisis Puisi “Penerimaan”

Meski menyebut dirinya “binatang jalang”, Chairil Anwar tampaknya tak berdaya dan tunduk ketika dirinya terlibat dalam sentimen asmara. Kesan ini dapat dirasakan secara kuat ketika kita membaca sajak Penerimaan yang diciptakannya pada Maret 1943. Sebagai penyair yang pola hidupnya “berantakan” dan penuh kebebasan, Chairil menunjukkan kelembutan yang sentimental melalui puisi ini. Bahkan ia rela takluk atas cinta yang dirasakannya.


Pada larik pertama dan kedua // Jika kau mau, kuterima kau kembali/Dengan sepenuh hati// jelas pada kalimat tersebut bahwa si penyair akan menerima mantannya kembali dengan sepenuh hati seperti yang dahulu. Kita telah tahu bahwa Chairi Anwar memiliki kedekatan dengan beberapa wanita yang ia memiliki rasa kepadanya.

//Aku masih tetap sendiri// dalam kalimat tersebut, penyair memberikan informasi bahwa dia masih belum bisa pindah ke lain hati semenjak tidak menjalin hubungan dengan mantannya tersebut.

Selanjutnya //Kutahu kau bukan yang dulu lagi/Bak kembang sari sudah terbagi// penyair menagaskan bahwa dia tahu bahwa sang mantan tidak seperti dahulu lagi, namun kerelaannya untuk menerima kembali tetaplah ada.

Walaupun Chairil berusaha menutup-nutupi segala hal yang dirasakannya, Chairil mencoba untuk tegas dalam urusan cinta. //Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani// adalah bukti bahwa ia meminta komitmen dan ketegasan dari mantan kekasihnya. Kalau mau kembali, katakan apa adanya. Dia mengharapkan ketegasan mantan kekasih terhadap perasaan dan hatinya. Tentangan mata dan yang mencerminkan asmara dan hati yang murni jelas menggambarkan betapa mereka benar-benar berkomitmen untuk kembali merajut dan bertaut sepenuhnya.

//Jika kau kembali, kuterima kau kembali// Chairil memberikan isyarat bagi mantannya untuk kembali kepadanya dan akan menerimanya

//Tapi untukku sendiri/Sedang dengan cermin aku enggan berbagi//. Larik terakhir ini menegaskan bahwa Chairil tidak mau berbagi cinta dengan orang lain. Ini semakin menegaskan betapa sentimentalnya Chairil dalam persoalan cinta.

Akhirnya, sajak ini menggambarkan sosok Chairil yang siap menerima sang kekasih dengan sepenuh hati tanpa memerdulikan segala hal yang pernah dilakukan mantan kekasihnya. Bagi Chairil jauh lebih penting menatap masa depan ketimbang mengungkit masa lalu yang hanya akan menimbulkan konflik. Secara umum, sajak pendek sembilan baris ini menggambarkan betapa dalam cinta sang penyair kepada mantan kekasihnya.

3 komentar: