Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “pendekatan/teori” bermakna penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, bisa juga diartikan logika, metodologi, argumentasi. Kata “ekspresif” bermakna mampu memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan.
Pendekatan Ekspresif adalah teori yang memberi perhatian utamanya pada proses kreatif pengarang dalam menciptakan karya sastra.[1]
Penyebab utama terciptanya karya sastra adalah penciptanya sendiri. Itulah sebabnya penjelasan tentang kepribadian dan kehidupan pengarang adala[2]
h metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra.
h metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra.
Adapun analisis pendekatan ekspresif Abrams terhadap karya sastra membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengenalan dan pemahaman terhadap obyek yang dianalisis dengan cara membaca dengan cermat karya sastra yang akan dianalisis untuk menemukan masalah-masalah yang penting dalam karya tersebut.
2. Pengumpulan kepustakaan
yang mungkin bisa menunjang proses analisis karya sastra agar lebih akurat dan
bisa dipertanggungjawabkan.
3. Pemahaman secara mendalam dan detail mengenai pengarang berdasarkan data-data yang diperlukan, misalnya menelusuri biografi secara lengkap dari dini hingga tumbuh dewasa dan latar belakang kehidupan pengarang supaya bisa menemukan sikap dan ideologi pengarang. Selanjutnya mencari-tahu pengalaman-pengalaman penting yang dialaminya dan membaca karya-karya lain dari si pengarang agar bisa menemukan karakter, psikologis/kejiwaan, pandangan dan pedoman hidup dari si pengarang. Misalnya menemukan ekspresi ketabahan, keteguhan, keimanan, serta kebiasaan pengarang dalam karya sastra yang disampaikan melalui kisah antar tokoh.
Pendekatan ekspresif meyakini jika suatu karya sastra memiliki pencipta yang sangat berpengaruh dalam pemaknaan cerita dan hanya menfokuskan diri terhadap pengarang, baik latar belakang kehidupan, psikologis atau kejiwaan maupun sikap dan pandangan hidup si pengarang.
Adapun cara kerja dari pendekatan ekspresif adalah membaca karya
satra itu sendiri, kemudian menarik relevansi antar kisah-kisah dalam teks
terhadap latar belakang kehidupan pengarang, lalu menghubungkannya dengan
psikologis/kejiwaan, sikap, pandangan hidup dan pedoman kehidupan pengarang
baik dalam tradisi tempat tinggalnya, maupun dalam kehidupan agama, masyarakat,
bahkan rumah tangga pengarang bisa mempengaruhinya, kemudian menghubungkannya
dengan pengalaman-pengalam penting yang pernah dialami oleh si pengarang, dan
terakhir penarikan makna secara utuh.
Inti dalam pembahasan ini adalah keterkaitan yang sangat erat antara pengarang sebagai pencipta karya sastra dengan teks sastra itu, bahkan pengarang juga mempunyai misi dan motif khusus dan pengalaman pribadinya yang disampaikan baik secara tersurat ataupun tersirat. Jadi pengarang tidak bisa dilepaskan dengan karya sastra, karena karya sastra merupakan refleksi, cerminan, representasi, dan tiruan dari diri pribadi dan kehidupan pengarang.
Inti dalam pembahasan ini adalah keterkaitan yang sangat erat antara pengarang sebagai pencipta karya sastra dengan teks sastra itu, bahkan pengarang juga mempunyai misi dan motif khusus dan pengalaman pribadinya yang disampaikan baik secara tersurat ataupun tersirat. Jadi pengarang tidak bisa dilepaskan dengan karya sastra, karena karya sastra merupakan refleksi, cerminan, representasi, dan tiruan dari diri pribadi dan kehidupan pengarang.
[1] Ayu Chandra, “Pendekatan
Ekspresif,” http://ayu-candra-fib12.web.unair.ac.id (akses 29 juni 2014)
[2] Rene Wellek,
Austin Warren, Teori Kasusastraan (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1989),
hlm.82
Tidak ada komentar:
Posting Komentar