BLOG TERBARU: buyungf.wordpress.com

Sabtu, 05 Juli 2014

Analisis Puisi "Nisan" Karya Chairil Anwar dengan Pendekatan Ekspresif

Nisan

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta


Oktober, 1942

Analisis Puisi “Nisan”
“Nisan” adalah sajak pertama yang ditulis Chairil Anwar. Karya pertamanya ini mengisahkan ketika dia menghadapi neneknya yang meninggal. Dalam sajak pertamanya itu, Chairil rupanya tertegun melihat kenyataan itu.


Dalam larik pertama //Bukan kematian benar menusuk kalbu// Chairil mencoba menggambarkan bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti dihadapi oleh setiap manusia sampai secara pribadi datang mendekat kepada kita atau datang kepada orang yang sangat dekat dengan kita.

Chairil menggambarkan ketika itu tampaknya sang nenek “ridla menerima segala tiba”, begitu tenang atau lebih tepatnya lagi barangkali, begitu tak berdaya. Sementara sang nasib, begitu dingin tanpa belas kasihan, perlahan-lahan menyerut umur si nenek, //Keridlaanmu menerima segala tiba//.

Bagi Chairil, kematian neneknya ini membuat dia melihat dua hal. Pertama, betapa tidak berdayanya manusia menghadapi sang maut. Kedua, betapa angkuhnya sang maut melaksanakan tugasnya yang bekerja tanpa mau berkompromi dengan siapapun. Sehingga Chairil berkata tentangnya, //Tak kutahu setinggi itu atas debu/Dan duka maha tuan bertakhta//.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar